Selasa, 22 Januari 2013

Arti Sehelai Batik


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki beraneka macam kekayaan. Baik itu kekayaan alam, kekayaan kesenian, kekayaan kerajinan, dan masih banyak yang lain. Salah satu wujud dari kekayaan tersebut adalah batik. Siapa yang tidak mengenal batik. Batik adalah sebuah kerajinan yang terbuat dari kain yang diberi hiasan berupa motif, warna, ornamen yang dibuat dengan cara di tulis atau di cap. Batik juga merupakan hasil kerajinan yang paling digemari, karena keindahan yang ditampilkan dari sehelai kain batik itu. Dari keindahan itu memunculkan beraneka macam makna yang oleh kita sebagai penikmat dan pengemar batik tidak kita ketahui. Makna-makna itu biasanya oleh masyarakat Jawa terutama yang menjunjung sekali adat ke-Jawaan seperti Yogyakarta dijadikan sebagai semacam ketentuan, hukum, atau semacam tuntunan yang digunakan dalam kehidupannya.

Batik juga dapat dikatakan sebagai sarana akulturasi budaya. Dikatakan demikian karena batik dalam perkembanganya sampai saat sekarang ini terdapat banyak sekali perubahan-perubahan, dan perubahan ini terjadi karena budaya umum yang ada pada saat atau masa itu. Pada masa Hindu, batik cenderung diwarnai motif-motif dan corak yang berhubungan dengan agama Hindu, pada masa Islam, batik juga diwarnai oleh motif dan corak-corak yang islami, walaupun motif-motif dan corak-corak peninggalan Hindu masih ada, namun hanya sebagai tambahan saja. Demikian selanjutnya sampai sekarang batik diwarnai oleh berbagai macam budaya pada masa batik itu ada.
Jadi dari sehelai kain batik tersirat beraneka makna dan nilai yang berguna bagi kehidupan. Bagaimana manusia harus berbuat dan bagaimana manusia harus menyikapi kehidupannya agar tercipta suatu keselarasan dan kebahagiaan hidup.

Batik sebagai salah satu kerajinan yang sangat indah memiliki keunggulan yang bermacam-macam. Selain dijadikan sebagai sebuah hasil kerajinan batik juga bisa dijadikan pedoman serta tuntunan hidup sehari-hari karena dalam selembar kain batik tersirat berbagai makna yang dapat dijadikan petunjuk hidup bagaimana manusia berbuat agar menjadi manusia yang unggul dibandingkan dengan manusia lain. Makna-makna batik terkandung dari beraneka corak, warna, dan ornamen yang menghiasi batik tersebut. Berbagai macam makna dan nilai dapat ditampilkan dari selembar kain batik. Yang dapat kita ketahui oleh kita masyarakat awam adalah nilai kendahan atau seni dari batik. Namun dalam sehelai kain batik yang indah itu juga tersirat nilai-nilai kehidupan yang menjadikan manusia itu menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur. Bagaimana manusia menjadi baik, bahagia, jujur, arif-bijaksana, adil dan sebagainya yang dapat menjadikan manusia itu dipandang baik bagi kehidupan. Akan dijelaskan dibawah ini berbagai motif, warna, dan ornamen dari kain batik, yaitu:
•  Motif
•  Kawung, motif ini konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna.
•  Ceplok, motif ini merupakan modifikasi dari moif kawung. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa, yaitu Kejawen. Dalam ajaran Kejawen ada kekuasan yang mengatur alam semesta. Disini Raja dinggap sebagai penjelmaan para dewa. Raja ini dikelilingi oleh para pembantunya yaitu para bupati. Orang jawa memaknai ini sebagai “ kiblat papat kelimo pancer”. Dewa atau Tuhan sebagai pusat yang mengatur segala. Arah timur mengartikan sumber tenaga kehidupan, karena arah dimana matahari terbit. Arah barat mengartikan sumber tenaga yang berkurang, karena tempat tenggelamnya matahari. Arah selatan mengartikan puncak segalanya, dihubungkan dengan zenith. Arah utara sebagai arah kematain.
•  Parang Rusak, motif ini hanya digunakan oleh para bangsawan pada masa dahulu untuk upacara-upacara kenegaraan. Motif ini sampai sekarang masih tetap terjaga. Menurut Koeswadji, 1985 halaman 25, sesuai dengan arti kata, Parang Rusak mempunyai arti perang atau menyingkirkan segala yang rusak, atau melawan segala macam godaan. Motif ini mengajarkan agar sebagai manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat mengendalikan segala godaan dan nafsu.
•  Semen, motif ini berasal dari kata sami-samien , yang berarti berbagai macam tumbuhan dan suluran. Pada motif ini sangat luas kemungkinannya dipadukan dengan ragam hias tambahan lainnya, antara lain: naga, burung, candi, gunung, lidah api, panggungan dan lar, sawat atau sayap. Apabila ditinjau dan dirangkai secara keseluruhan dalam motif batik Semen mempunyai makna bahwa hidup manusia dikuasai ( diwengku ) oleh penguasa tertinggi (Kartini, 2005, 11).
Dalam hidup, kehidupan kita sebagai manusia diwarnai dengan berbagai macam godaan yang menentukan jalan kita. Bila kita sesat maka kita akan terjerumus ke dalam neraka yang disebut sebagai tempat paling sengsara dan menyedihkan. Namun jika hidup kira diwarnai dengan kebaikan maka kita kan bahagia karena kita akan masuk surga sebagai tempat paling bahagia dan mulia.
•  Truntum, motif ini melambangkan cinta yang bersemi kembali. Dalam pemakaianya motif ini melambangkan orang tua yang menuntun anaknya dalam upacara pernikahan sebagai pintu menjalankan kehidupan baru yaitu kehidupan rumah tangga yang sarat godaan. Diharapkan motif ini akan menjadikan kehidupan pernikahan menjadi langgeng diwarnai kasih sayang yang selalu bersemi.
•  Warna
•  Warna coklat soga/merah, warna ini dikatakan sebagai warna hangat, sehingga diasosiasikan dengan tipe pribadi yang hangat, terang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, dan rendah hati (Kartini, 2005: 19).
•  Warna putih, warna ini dikaitkan dengan kebenaran, kebersihan, kesucian yang melambangkan karakter orang yang baik hati yang selalu mengutamakan kebenaran dan kejujuran dalam kehidupannya.
•  Warna hitam (biru tua), warna ini dikaitkan dengan kejahatan dan kegelapan. Dalam arti yang baik warna ini melambangkan orang yang mempunyai kepribadian yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat atau komentar orang lain sehingga dalam melaksanakan kewajibannya akan dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sedangkan dalam arti yang tidak baik, warna ini melambangkan keangkaramurkaan, keserakahan, dan kesesatan.
•  Warna kuning, warna ini melambangkan ketentraman. Segala yang ada di dunia ini adalah baik untuk kehidupan.
•  Warna merah, warna ini melambangkan keberanian.
•  Warna hijau, warna ini melambangkan kesuburan.
•  Warna biru, warna ini melambangkan kesetiaan.
•  Ornamen
Ornamen utama dari motif batik Yogyakarta yang mempunyai makna simbolis adalah:
Meru melambangkan gunung atau tanah yang disebut juga bumi. Api atau lidah api melambangkan nyala api yang disebut juga agni atau geni. Ular atau naga melambangkan air atau banyu disebut jugatirta udhaka ). Burung melambangkan angin atau maruta . Garuda atau lar garuda melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi, yaitu penguasa jagad dan isinya (Sewan Susanto, 1980: 212).
Secara umum ornamen-ornemen yang ada adalah:
•  Ornamen garuda, ornamen ini melambangkan kekuatan dan keperkasaan. Dimana ornamen ini dalam pemakaiannya sering digambarkan dengan bentuk badan manusia dan kepalanya burung garuda.
•  Ornamen meru, melambangkan atau menggambarkan bentuk puncak gunung tetapi dari penampakan samping. Gunung ini diibaratkan sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewa. Motif ini menyimbolkan unsur tanah atau bumi, yang didalamnya terdapat berbagai macam kehidupan dan pertumbuhan. Baik itu kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
•  Ornamen lidah api, ornamen ini sering disebut sebagai cemukiran atau modang. Makna ini sering dikaitkan dengan kesaktian dan ambisi untuk mendapatkan apa yang diinginkan karena dalam pemakaiannya digambarkan dengan deretan api.
•  Ornamen ular atau naga, ornamen ini dalam pemakaiannya digambarkan ular yang kepalanya memakai mahkota. Ornamen ini melambangkan kesaktian dan kekuatan yang luar biasa.
•  Ornamen burung, ornamen ini merupakan ornamen utama yang dilambangkan burung merak, phoenix, dan burung yang aneh dan berjengger. Ornamen ini melambangkan kesucian dan dunia atas, karena burung merak ini sebagai kendaraan dewa-dewa.

Masyarakat Yogyakarta yang sangat kental dengan kebudayaan Jawanya dalam menjalankan kehidupan ini sangatlah berhati-hati, melihat makna dari segala yang ada. Keberadaan keraton sebagai pusat pemerintahan juga mewarnai pemikiran mereka. Bagaimana orang bertindak harus sesuai dengan sabda Ratu. Dalam menjalani hidupnya juga melihat apa yang menjadi pedoman hidup, sepertiaja dumeh (suatu peringatan agar seseorang selalu ingat pada sesamanya) dan aji mumpung (pedoman mengendalikan diri dari sifat-sifat serakah dan angkara murka bila seseorang sedang diberi anugrah dan kesempatan hidup berada “diatas”). Dengan pedoman hidup seperti itu manusia diharapkan dalam hidupnya merasakan ketentraman. Aturan-aturan hidup itu juga tergambar dan tersirat dari sehelai kain batik. Dengan bermacam-macam ornamen, warna, dan motif itu terkandung seperangkat aturan guna menjalani hidup. Batik sebagai hasil kerajinan menjiwai masyarakat Yogyakarta dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dan di segala bidang kehidupan. Dalam kehidupan bermasyarakat misalnya penerapan makna batik dapat dilihat dari bagaimana masyarakat berhubungan dengan orang lain, saling tolong menolong dan saling bantu sehinga menjadi manusia yang berbudi. Dalam kehidupan keagamaan dapat dilihat bagaimana manusia harus berbuat baik dengan siapa saja dan meninggalkan segala macam godaan agar tidak mengalami kesengsaraan dalam hidupnya karena terjerumus dalam neraka. Begitu pula dalam berbagai bidang kehidupan lain, batik menjiwai setiap manusia dalam melakukan aktivitasnya dalam kehidupan.

Tidak dapat kita pungkiri sejalan dengan perkembangan zaman, batik yang memiliki berbagai makna yang menjadikan manusia sebagai manusia yang unggul dibanding dengan manusia lain dalam kehidupan sudah tidak bayak pemakaiannya, namun nilai-nilai dan makna yang ada pada batik tetap lestari dan tetap dijadikan pedoman serta tuntunan manusia dalam menjalankan hidupnya. Dengan kata lain walaupun pemakaian kain batik sudah tidak banyak dilakukan namun maknanya masih dijadikan pedoman hidup bagi masyarakat. Memang hanya sedikit yang masih menjadikan batik sebagai pakaian dalam menjalankan kehidupannya, seperti para pejabat-pejabat kenegaraan serta staf-stafnya yang menjadikan batik sebagai pakaian resmi kenegaraan serta dalam upacara pernikahan. Generasi muda sekarang tidak memiliki ketertarikan untuk melestarikan kerajinan bangsa kita tersebut, mereka lebih suka memakai produk asing yang dapat membuat mereka tampak lebih cantik dipandang, namun tidak sesuai dengan budaya kita sebagai masyarakat timur karena berbenturan dengan norma-norma ketimuran yang cenderung religius, sopan, serta tidak mengumbar aurat. Dapat dikatakan itu bukanlah pakaian yang baik, karena pakaian yang baik adalah pakaian yang dapat menjaga si pemakai pakaian itu. Selain itu pakaian yang baik adalah pakaian yang dalam penggunaannya dapat menjadikan tuntunan dan tatanan bagi si pemakai. Batik sebagai pakaian terkandung didalamnya tuntunan dan tatanan dalam melakukan segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Pepatah Jawa meyebutkan “Ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana, agama ageming diri.” Harga diri ada pada perkataan/ucapan, harga diri tercermin pada pakaian yang kita kenakan, agama adalah pakaian yang baik bagi kita. Namun tidak boleh kita lupakan juga, banyak sekali cara yang dilakukan guna menumbuhkan kecintaan kepada batik, diantaranya batik digunakan sebagai pakaian dinas atau kerja dan pakaian sekolah pada hari-hari tertentu, sehingga diharapkan dengan usaha tersebut kecintaan terhadap batik dapat tumbuh.

Apapun yang terjadi diharapkan batik akan tetap lestari dan terjaga sampai kapanpun serta nilai-nilai dan maknanya tetap terjaga dan tetap dijadikan pedoman, tuntunan dan tatanan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar manusia menjadi manusia yang bahagia, baik itu kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Dalam menjalankan hidupnya masyarakat Yogyakarta sangat berhati-hati. Melihat-lihat adakah hukum yang mengatur. Bagaimana manusia harus bertindak dan berbuat harus sesuai dengan hukum yang ada, tidak boleh sembarangan karena bisa mencelakakan dirinya. Dalam sehelai kain batik, yang selain sebagai hasil kerajinan juga terdapat tuntutan dan hukum bagaimana manusia itu harus bertindak agar dalam kehidupannya menjadi baik, baik bagi masyarakat, bagi bangsa, dan bagi negara. Semuanya tertuang dari motif, warna, dan ornamen. Makna-makna tersebut menjiwai masyarakat Yogyakarta dan dijadikan tuntunan serta aturan dalam melakukan segala aktivitasnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Penerapan filsafat batik dalam kehidupan sekarang masih sangat relevan. Filsafat batik ini bisa menjadi pegangan hidup agar dalam menjalankan hidupnya manusia selalu berada pada jalan kebaikan, sehingga dalam menjalankan hidupnya manusia akan mengalami kebaikan, ketentraman, dan kebahagiaan, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar